Minggu, 21 Juni 2015

Alasan dan Ide Menulis

Sebelum memulai menulis, mungkin lebih baik memikirkan alasan menulis dulu agar lebih terpacu atau semangat dalam menulis.
Dulu, pertama kali aku menulis cerita disebuah buku tulis, yang membuatku terpacu adalah lampiran persyaratan mengirim novel disebuah novel di kelas lima SD. Konyol mungkin, tapi begitulah adanya. Belum lagi karena teman sekelasku yang tak sengaja membaca bukuku menyuruhku untuk terus menulis, sampai akhirnya pisah sekolah.
Lalu, alasan itu berkembang menjadi suatu yang lebih besar. Dengan melihat teman baruku di SMP menulis sebuah buku, alasanku menulis itu agar dapat menjadi seperti dia. Pikiranku saat itu adalah, kalau dia bisa, mengapa aku tidak?
Hm, kemudian alasan-alasan itu membentuk sebuah rutinitasku untuk terus menulis. Menjadi kebiasaan. Ketika teman-teman membicarakan sesuatu di kelas, ide datang tiba-tiba dan kutulis disecarik kertas. Ketika berjalan-jalan, mendengar dan melihat orang-orang, menebak kira-kira apa kisah mereka, ide datang lagi dan kutulis dicatatan dalam ponsel. Ketika sedang mendengar musik, ada lagu yang mengguggah ide.
Ide datang dari mana saja, membuatku melakukan rutinitas menulis dan melupakan alasanku dalam menulis. Perlahan, alasan itu berubah menjadi suatu hal yang sederhana, aku menulis karena aku menyukainya.
Ketika jemari mengetik diatas tombol keyboard dan membuat rangkaian kata. Ketika ikut teraduk dalam emosi sebuah cerita. Ketika berhasil menamatkan cerita dengan akhir bahagia. Semua yang kulakukan saat menulis itu sangat kusukai.
Memang, ada saatnya bingung mau menulis apa. Layar komputer/laptop/notebook sudah menyala, menampilkan progam Ms. Word, kertas masih kosong.
Seringkali, itu disebut writer block's.
Ada yang beralasan, itu terjadi saat sudah menulis separuh dari cerita, tetapi tidak tahu harus melanjutkannya seperti apa.
Ada yang beralasan, ide tidak datang sehingga tidak dapat menulis.
Ada yang beralasan, mood sedang dalam kondisi tidak bagus, jadi setiap kata yang keluar tidak bagus.
Yah, pendapat orang itu beda-beda, pokoknya kondisi seperti itu pasti sering dialami penulis dimanapun dan siapapun dia. Bahkan penulis terkenal sekalipun.
Kalau aku sendiri sih, mengalami kondisi seperti ini ketika aku sudah memiliki banyak sekali ide, tapi nggak bisa disampaikan semuanya melalui tulisan. Hohoho, tidak semua ide itu bagus dan layak dijadikan cerita, lho. Dan cara mengatasinya?
Menurut berbagai refrensi yang kubaca dari beberapa buku(seperti How to be a Writer karya Primadonna Angela), cara mengatasinya adalah keluar dari zona menulis untuk sementara waktu. Ketika menulis menjadi suatu rutinitas dan dilakukan hampir setiap saat dan dimana saja, ada saatnya merasa jenuh, hanya saja tidak menyadarinya. Titik jenuh inilah yang seringkali membuat penulis terkenal sekalipun dapat merasakan yang namanya writer block's.
Keluar dari zona menulis ya? Hm. Seseorang tidak mungkin hanya memiliki satu hobi saja, kan? Ketika dalam masa writer block's, melakukan hobi lainnya adalah cara paling efektif. Biasanya sih, aku menonton film, main gitar, atau search sesuatu yang menarik diinternet. Setiap orang memiliki caranya masing-masing.

Sepertinya hanya ini yang baru dapat kubagi ^^

Terima kasih telah membaca artikel ini, sampai bertemu atau membaca artikel lainnya, ya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar